Kamis, 12 Januari 2012

Sebuah Tempat di Seberang Titian




Jalan itu membentang labil di ketinggian
Hitam yang menggambarkan lapuk serta tipu muslihat licin
Dingin dan lembab menjanjikan karat,
membunuh dan melapukkan apa pun yang tadinya kokoh kuat.

Aku sering memimpikan, suatu saat aku bisa mencapai padang rumput hijau di ujung titian itu. Menemukan kejayaan, kemakmuran dan kematangan sebuah proses. Membuang retak-retak harapan dan meninggalkannya seperti cangkang telur di hari seekor anak elang menetas.

Bertahun sudah pengembaraan ini kulalui. Lalu, ketika semuanya sudah melewati paruh waktu, masih ada titian keparat yang terayun-ayun di ambang nalar, yang sangat boleh jadi ujungnya adalah utopia belaka. Atau benar-benar sebuah tempat penghentian yang menjanjikan.

Hoiii.... ayo kamu bisa! Ah suara itu menjemukan.
Kumpulkan keberanian dan melangkahlah dengan cermat penuh perhitungan!. Ah, nasihat klise.

Kalian juga tahu, aku pasti akan ayunkan kaki. Menembus fatamorgana yang tak ingin kutahu senyata apa. Terlalu sepele untuk melibatkan rasa. Maka, tak perlu suka, cukup lakukan saja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar